PEMBINAAN MENTAL ANAK JALANAN
Kekacauan dunia politik ditanah air dan kekerasan – kekerasan yang terjadi belakangan ini diberbagai daerah dan ibukota menyisakan kerisauan yang mendalam bagi anak-anak. Gambaran tentang kondisi sosial yang mengenaskan, potret wajah – wajah bocah yang kelaparan dan kepedulian para orang tua dipengungsian dapat disaksikan dimedia masa, dunia fantasi anak, taman bermain anak, yang senantiasa menampilkan keindahan, kenaifan dan kebebasan seakan tanpa kontaminasi sudah tidak dapat kita lihat lagi.
Dalam versi lain yaitu Dinas Sosial bagian proyek pembinaan anak jalanan mengungkapkan setidaknya ada 8 kondisi yang menjadi faktor pendorong timbulnya anak jalanan yaitu :
1. Meningkatkanya”gejala” masalah keluarga, seperti : kemiskinan, pengangguran, perceraian, kamin muda, kekerasan dalam keluarga dan lain-lain.
2. Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka dengan alasan ”demi pembangunan, menempati tanah bukan miliknya, menempati tanah milik negara” mereka semakin tidak berdaya dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih menguntungkan segelintir orang.
3. Perpindahan desa-kota dalam mencari kerja, yang diakibatkan kesenjangan pembangunan desa kota, kemudian transportasi dan ajakan kerabat membuat banyak keluarga dari desa ke kota dan sebagian dari mereka terlantar, hal ini mengakibatkan anak-anak mereka terlempar ke jalan.
4. Melemahnya kemampuan keluarga besar untuk membantu keluarga inti, akibat pergeseran nilai, kondisi ekonomi, dan kebijakan pembangunan pemerintah.
5. Adanya kesejahteraan jaringan perlindungan sosial sehingga JPS tidak tersedia ketika keluarga dan anak menghadapi kesulitan.
6. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan, taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-daerah kumuh, perkotaan dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja.
7. Meningkatnya angka anak putus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian anak menjadi pencari kerja dan jalanan mereka menjadikan salah satu tempat bagi anak untuk mendapat uang.
8. Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, disebabkan orang tua sudah tidak mempu legi memahami kondisi serta harapan anak-anak sehingga menyebabkan anak mencari kebebasan.
Akibat dari kondisi diatas menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan anak akan terganggu. Rumah yang seharusnya dapat dijadikan masa depannya, tidak lagi memberikan dorongan sehingga lebih memilih keluar dari rumah (hidup dijalanan)
Anak yang kesehariannya hidup dijalanan tidak pernah lepas dari unsur kekerasan baik secara langsung melalui pengalaman atau dari peningkatan persepsi anak bahwa dunia ini tempat yang kejam dan tidak bersahabat sehingga pola hidup mereka adalah bertahan hidup dengan kekerasan dan pertumbuhan religius tidak berjalan dengan baik. Proses pendidikan dan pertumbuhan yang seharusnya diperoleh anak dari lingkungan yang wajar (banyak sekolah) dalam tatanan formal atau non formal (melalui realitas lingkungan) seperti uswahhasanah (contoh tauladan) yang tercover dari orang-orang dewasa (orang tua wali murid) disekelilingnya kurang mereka dapatkan pada akhirnya akan akan miskin terhadap nilai-nilai jasmani dan rohani.
Oleh sebab itu untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan yang kokoh serta menujang tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam GBHN yaitu, ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Perlu ditumbuhkembangkan motivasi bagi orang tua dan anak, dan pentingnya pendidikan mengingat tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama.
Dari tujuan pendidikan nasional diatas, meberikan indikasi bahwa laju gerak pendidikan itu mengarah pada satu titik pusat yaitu meningkatkan manusia dalam segala aspeknya, baik aspek jasmani maupun rohani yang keduanya merupakan penentu bagi berhasil dan tidaknya proses pembangunan bangsa Indonesia. Dalam dunia yang modern ini, masalah pendidikan dan pembangunan tidak dapat dilaksanakan tanpa rakyat yang berpendidikan.
Dari paparan diatas tampak keberadaan anak dalam sebuah lingkungan yang tidak sehat akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku dan karakter sorang anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar