Pengertian Neuropati diabetikum
Neuropati diabetikum merupakan sekumpulan gejala (sindrom) yang disebabkan oleh degenerasi saraf perifer atau autonom sebagai akibat diabetes mellitus.18 Neuropati diabetikum biasanya terjadi pada diabetes yang lama dan tidak terkontrol pada lanjut usia. Sebanyak 30-50% pasien diabetes mengalami neuropati diabetikum. Suatu neuropati perifer simetris yang mengenai saraf motorik dan sensorik ekstremitas bawah mengakibatkan cedera sel schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan akson. Neuropati autonomik dapat menyebabkan impotensi seksual dan disfungsi usus serta kandung kemih (buli-buli). Gangguan neurologik fokal (mononeuropati diabetik) sangat mungkin disebabkan karena mikroangiopati. Neuropati diabetikum dapat mempermudah timbulnya oral diabetikum, terutama pada lidah, gigi, periodonsium, dan saraf gigi.
Tipe diabetes mellitus yang diderita akan mempengaruhi diagnosis neuropati diabetikum. Pada Diabetes mellitus tipe 2 prognosis lebih baik daripada tipe 1. Lama dan beratnya diabetes mellitus, lama dan beratnya keluhan neuropati yang dialami, serta kemungkinan mengenai saraf autonom akan menentukan prognosis neuropati diabetikum.
Patogenesis
Saraf perifer (spinalis dan kranialis) yang didistribusikan untuk memelihara otot, kulit, dan pembuluh darah terdiri dari sejumlah saraf campuran yaitu saraf motorik, sensorik, dan vegetatif. Dari segi faal, ketiga jenis saraf tersebut dibedakan berdasarkan ukuran penampangnya, yaitu saraf tipe A (5-12 mikron), tipe B (3-4 mikron), dan tipe C (1-2 mikron). Saraf tipe A aksonnya bermielin tebal, tipe B bermielin tipis, dan tipe C aksonnya tidak bermielin. Akson bermielin tebal adalah akson saraf motorik pada umumnya dan sebagian saraf sensorik untuk jenis protopatik. Akson bermielin tipis adalah sebagian akson saraf motorik dan sebagian saraf sensorik. Akson yang tidak bermielin adalah akson sensorik dan autonom.
Neuropati diabetika tidak terjadi oleh faktor tunggal, melainkan karena interaksi beberapa faktor, seperti faktor metabolik, vaskular, dan mekanik. Faktor kausatif utama berupa gangguan metabolik jaringan saraf. Pada diabetes mellitus peranan insulin memobilisasi glukosa sangat minimal, dalam kondisi hiperglikemik glukosa diubah oleh aldose reduktase menjadi sorbitol. Akumulasi sorbitol dapat terjadi 24-48 jam setelah hiperglikemia, terutama pada neuron, lensa, pembuluh darah, dan eritrosit. Sorbitol bersifat higroskopis, sehingga akan meningkatkan tekanan osmotik sel.
Mioinositol merupakan bagian plasma dan membran sel. Pada diabetes mellitus, mioinositol banyak diekskresikan lewat urin, dan sebaliknya akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel mempengaruhi pengambilan mioinositol. Rendahnya kadar mioinositol ini menyebabkan gangguan fungsi ATP-ase, sehingga terjadi gangguan konduksi saraf. Mioinositol merupakan prekursor polifosfo-inositida yang penting dalam mengatur aksi potensial saraf.
Penimbunan sorbitol dan penurunan mioinositol menyebabkan gangguan pada sel Schwann dan akson. Proses ini menyebabkan terjadinya demielinisasi dan degenerasi akson.
Tampak kelainan pada saraf perifer berupa iskemia yang disebabkan oleh kelainan dan gangguan aliran darah yang menyumbat vasa nervorum. Ahli lain menyebutkan bahwa kelainan vaskular didapat terlebih dahulu terutama pada pembuluh darah halus.19 Membran basal kapilaris yang berasal dari jaringan kolagen mengakibatkan dinding pembuluh darah tidak elastik atau kaku, menurunnya respons pembuluh darah terhadap bahan vasoaktif, dan lumen pembuluh darah menjadi kecil. Selain itu, anoksia akibat mikro-trombositosis diduga dapat menyebabkan jaringan saraf mudah terkena substansi yang bersifat toksik. Hal ini sangat mungkin merupakan mekanisme yang mendasari disfungsi susunan saraf perifer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar