Mungkin Ini Yang Bisa Saya Bagi Kepada Anda
Jika Kurang Berkenan Dengan Artikel Yang Saya Posting, Saya Menghaturkan Maaf, Bila Anda Puas Dan Senang Dengan Artikel Saya Sudah Selayaknya Anda Bisa Berbagi Kepada Anak Yatim Piatu Atau Tetangga Anda Yang Kurang Mampu. Saya yakin dengan berbagi, masalah atau hal yang kita kerjakan akan cepat selesai.

Rabu, 29 Oktober 2008

LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM ERA GLOBALISASI

LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM ERA GLOBALISASI

Demi kesuksesan belajar mengajar, banyak sekali hal-hal yang harus diketahui oleh setiap pelajar, agar meraih suatu hasil pembelajaran yang maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran ini, bukan hanya ditempuh melalui pendidikan formal melainkan informal. Lingkungan sekolah yang kondusif, sangat mendukung kenyamanan dan kelangsungan proses belajar mengajar di suatu sekolah. Perkembangan dunia yang cepat seiring dengan era globalisasi, menambah semakin besar ragam pengaruh lingkungan yang menerpa dunia pendidikan. Apalagi perkembangan teknologi informasi yang begitu melesat, hampir setiap pelajar punya handphone dan internet tersedia mudah dan relatif murah. Pengaruh kemajuan tetap ada dua dampak yaitu positif dan negatif. Pengaruh lingkungan yang ada di upayakan menekan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.

Model sekolah unggul dan terpadu menjamur dipelosok daerah, dimulai dari yang menyatakan berstandar nasional sampai internasional. Tidak menutup kemungkinan bahwa semua itu hasil kerja sama antara guru dan siswanya. Perlu diketahui bahwa proses kegiatan belajar – mengajar, bukan hanya diperoleh dalam kelas, tapi bisa juga diperoleh di luar kelas. Para pelajar bisa belajar bersama dengan memberdayakan lingkungan sekolah yang nyaman dan indah. Tidak sedikit sekolah yang kondisinya memprihatinkan di negeri kita. Dimulai dari sarana dan prasarana yang kurang memadai sampai tenaga pendidik yang masih minim. Setidaknya sebagai bentuk menyukseskan program pemerintah dengan wajib belajar 9 tahun dan menaikkan Human Development Indeks (HDI) (Majalah Gemari Edisi 86, 2008), seharusnya masing-masing sekolah bisa menilai dan mengembangkan agar menjadi sekolah yang berstandar internasional.

Dalam suatu sekolah dapat dikatakan sebagai sekolah yang memiliki tempat strategis, dengan lingkungan kondusif, bila memenuhi beberapa syarat.

Pertama lingkungan fisik, meliputi di dalam kelas maupun di luar kelas.

Lingkungan fisik dalam kelas meliputi sarana dan prasarana pendukung yang ada dalam ruang. Bentuk dari macam sarana dan prasarana disesuaikan dengan penggunaan ruang. Ruang kelas untuk belajar berbeda dengan ruang kelas untuk kegiatan praktikum seperti laboratorium. Alat-alat canggih seperti komputer / internet secara online yang langsung bisa digunakan oleh para guru dan murid. Dan planning kedepan pihak sekolah bisa mengembangkan siswanya menjadi modern dalam berpikir lewat pendekatan “Lingkungan sekolah yang kondusif dalam ruangan”. Ruang perpustakaan terdapat banyak buku. Kenyamanan dalam menghias ruang perpustakaan memungkinkan siswa betah di perpustakaan. Apalagi buku-buku tertata rapi dan dikelompokkan sesuai bidang ilmu, maka mudah mencari dan mendapatkan buku yang diinginkan. Keadaan ini sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

Terwujudnya lingkungan sekolah yang sehat dan bersih, yang ditangani oleh para tenaga ahli di dalamnya. Dengan mencangkan program penghijauan, diharapkan tercipta lingkungan yang sejuk dan indah. Tersedia tempat berteduh yang bisa digunakan berdiskusi di luar kelas, tapi mudah di awasi oleh guru. Tersedianya papan yang mudah di bawah keluar kelas, sebagai kegiatan belajar di luar dengan suasana menyenangkan. Bila ada pohon yang rindang kemudian disediakan tempat duduk permanen di bawahnya, maka proses belajar – mengajar dapat dilakukan di tempat ini. Setidaknya suasana gerah dan berkeringat dapat diselingi dengan model belajar seperti ini. Tidak harus sehari penuh di luar kelas, tapi cukup sebagai selingan dari belajar di dalam kelas. Saat ini suasana sangat pnas. Sekolah maju dengan dana pendukung besar memungkinkan ruangan belajar dengan AC. Sedangkan sekolah pinggiran dengan anggaran pas-pasan, suasana panas dikelas dapat diatasi dengan melakukan pembelajaran intrakurikuler di luar kelas.

Kedua, lingkungan sosial, interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa yang menyenangkan sangat memotivasi belajar siswa. Penerapan model-model pembelajaran yang beranekaragam, bervariasi dapat mengatasi kejenuhan siswa.

Pergaulan antar sesama teman harus dilaksanakan secara harmonis. Dalam pergaulan harus pandai menyeleksi ajakan teman. Bila ajakan itu merupakan kegiatan yang merugikan, sebaiknya dihindari. Misalnya ia mengajak mengkonsumsi obat-obat terlarang, sebaiknya tidak dituruti, bila ia memaksa, maka pergi ke guru BP supaya ada pemecahannya. Terhindarnya pergaulan bebas antar siswa dan siswi, yang mengakibatkan remaja hamil diluar nikah.

Berdasarkan survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI), sebanyak 5% remaja laki-laki dan kurang dari 1% remaja perempuan yang berstatus nikahpun telah melakukan seks pranikah. Bahkan data sebelumnya laporan Reproduksi Sehat Sejahtera (RSS) menyebutkan 12% remaja laki-laki dan 5% remaja perempuan telah melakukan seks pranikah.

Kalau mempunyai masalah, sebaiknya mencari teman untuk curhat. Solusi yang diberikanya, sebaiknya juga diseleksi. Bila perlu dikonsultasikan ke guru BP. Waspada tetap perlu, supaya tidak terjerumus ke hal-hal yang dilarang agama maupun sekolah, misalnya pergaulan bebas, narkoba, sering bolos, melihat internet yang tidak patut untuk siswa Madrasah Aliyah maupun bermain handphone. Adanya hubungan sosial yang harmonis antar sesama siswa, guru dengan siswa, dapat memberikan atau mendatangkan manfaat demi kelangsungan kegiatan belajar mengajar dan perkembangan sekolah itu sendiri, agar kelak menjadi sekolah yang berstandar internasional.

Sekolah di Madrasah Aliyah sebenarnya banyak diberi bekal untuk menyaring setiap langkah kehidupan. Dasar agama yang kuat, diharapkan mampu membentengi diri dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Keberadaan guru BP yang sangat perhatian juga diperlukan. Bimbingan konseling, sebaiknya tidak memberikan kesan menakutkan bagi siswa, tetapi lebih kekeluargaan. Dengan demikian siswa lebih percaya ke guru BP dari pada teman yang bisa menjerumuskan.

Masing-masing sekolah hendaknya terwujud lingkungan yang sehat dan bersih, yakni dengan mencanangkan program tanam seribu pohon di sekitar lingkungan sekolah. Demi kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar. Dan perlu diciptakan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang kondusif.

2 komentar:

  1. mas, minta ya buat makalah...!

    thanks ni...

    BalasHapus
  2. wah, bgs ni...

    bleh ya coppast buat makalah...

    BalasHapus

POSTING TERBARU