Tanda-tanda Kedewasaan
1. Mimpi basah
Mimpi basah ditafsirkan keluarnya cairan mani (sperma) remaja putera, sebagai hasil dari mimpi berhubungan seks atau lainnya ketika tidur.
Mimpi basah merupakan aktifitas seksual bawah sadar yang dialami oleh remaja laki-laki, merupakan aktifitas psikologi untuk melepaskan muatan seksual yang tersimpan, biasanya orang yang mimpi tersebut langsung terjaga dari tidurnya (nyenyak), serta dapat merasakan kenikmatan seks ringan. Tetapi sering pula seseorang tidak dapat mengingat kembali apa yang telah terjadi pada dirinya sewaktu tidur, kecuali ketika bangun ia melihat tanda-tanda bahwa dirinya mengeluarkan mani. Satu tahun setelah tanda-tanda ini muncul, anak laki-laki sudah mampu menghasilkan dan mengeluarkan sperma. (Rasyid, 2007)
2. Keluar darah haid (menstruasi)
Haid atau datang bulan merupakan ciri utama dari kematangan seksual wanita yang menandakan bahwa seorang remaja putri telah mengalami kematangan seks, sehingga membuat dirinya telah mampu berperan sebagaimana halnya wanita dewasa untuk mengandung dan melahirkan. (Rasyid, 2007)
Setiap wanita dilahirkan dengan sejumlah telur di dalam indung telurnya. Ketika mencapai usia baligh, remaja akan mengeluarkan telur kurag lebih setiap dua puluh empat hari sekali.
Telur ini akan keluar dan berjalan menuju kandungan. Kandungan mempersiapkan diri dengan menebalkan dindingnya, terdiri dari darah dan cairan lainnya.
Jika telur dibuahi oleh sperma (dari laki-laki) melalui persetubuhan antara laki-laki dan wanita, maka telur akan berubah menjadi calon bayi. Tapi jika telur yang matang tidak dibuahi, maka dinding yang tadi menebal menjadi luruh / hancur dan keluarlah darah yang kita sebut darah haid.
Jadi haid menunjukkan bahwa kita adalah wanita yang sehat yang punya telur yang jika dibuahi bisa menghasilkan anak. (BKKBN, 2000)
Dorongan Seksual Remaja
Dorongan seksual adalah suatu dorongan yang muncul dalam diri seseorang yang berhubungan dengan alat kelamin pada pria penis dan pada waita vagina. Pada mulanya dorongan seksual muncul dengan sendirinya tetapi kemudian dorongan seksual seseorang dapat dibangkitkan oleh atau dengan menggunakan stimulus-stimulus dari luar seperti foto porno, percakapan, video maupun bacaan.
Dorongan seksual pada mulanya hanya sebatas fantasi tetapi kemudian mendorong, memotivasi individu untuk menyalurkan dorongan tersebut. Penyaluran dorongan seksual bisa positif tapi bisa pula negatif.
Dorongan seksual dipengaruhi oleh perkembangan fisik yaitu pengaruh hormonal yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan psikologis, pengaruh lingkungan seksual, pengetahuan akan seksualitas dan hal-hal lain misalnya obat-obatan dan minuman keras. (Kusuma T., 2000)
Kapankah Dorongan Seksual itu Muncul?
Dorongan seksual itu telah ada sejak seseorang anak lahir, namun ketika seseorang anak memasuki masa remaja dorongan seksual ini meningkat menjadi suatu kebutuhan yang ingin segera dipuaskan.
Pada masa remaja ditandai oleh adanya pertumbuhan yang pesat secara fisik dan pertumbuhan yang nyata pada organ seksual atau reproduksi. Muncul tanda-tanda seks sekunder yang membuat kita mampu membedakan apakah sang anak remaja adalah pria atau wanita dengan hanya melihat bentuk tubuhnya. Melihat kondisi dengan hanya melihat bentuk tubuhnya. Melihat kondisi fisik tubuhnya didukung oleh adanya kandungan hormon seksual yang semakin meningkat dalam tubuhnya,, remaja mulai mencoba-coba menggnakan tubuhnya dalam segala kegiatan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyalurkan dorongan seksual. Hal ini terjadi karena salah satu sifat daripada remaja adalah adanya dorongan eksperimentasi. (Kusuma T., 2000)
Penanganan Dorongan Seksual
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan agar perkiraan tidak hanya terfokus pada “dorongan seksual” ini, ada bermacam-macam antara lain :
1. Olahraga
Dengan olahraga maka sebagian besar energi ada di dalam tubuh akan terpakai dan tubuh menjadi lelah.
2. Kegiatan sehubungan dengan sekolah
Pada masa remaja, dorongan untuk berprestasi sangat besar, pergunakan kesempatan tersebut dengan mengikuti segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolah.
3. Menyalurkan hobi.
4. Aktif dalam kegiatan keagamaan.
5. Berteman dan bersosialisasi dengan beragam kelompok.
6. Berani berkata tidak pada diri sendiri dan menyampaikan alasan.
7. Pelajari situasi. (Kusuma T., 2000)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar