Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indra tanpa rangsangan dari luar diri (eksternal). Halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat hidung (cium), raba dan kecap (Standard asuhan keperawatan jiwa, hal 14 26).
Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu (Prof. Dadang Hawari, Psikiater, 2001).
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal dan Klien mempunyai kesadaran penuh pada waktu halusinasi terjadi, halusinasi merupakan salah satu dwi fungsi yang paling terjadi pada skizofrenia yang menggambarkan hilangnya kemampuan dari luar diri (mental) dan dapat berupa halusinasi dengar, lihat, cium, raba, kecap
(Keperawatan jiwa, Hal. 13).
Jenis-jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran (Auditorius)
Yaitu individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mengancam tetapi tidak ada sumber dari sekitarnya.
b. Halusinasi Pengelihatan (Visual)
Yaitu individu melihat pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorius)
Yaitu individu yang mencium bau bunga, kemenyan, mayat dan lain-lain yang tidak dirasakan oleh orang lain dan tidak ada sumbernya
d. Halusinasi Pengecapan (Gostatorius)
Yaitu individu merasa mengecap suatu rasa di mulut yang sumbernya tidak ada.
e. Halusinasi Perabaan (Somatik)
Yaitu individu merasa ada seseorang yang meraba, memukul, atau binatang yang merayap pada kulit.
f. Halusinasi Pendengaran adalah persepsi panca indra tanpa sumber rangsangan sensorik, eksternal terutama pada system pendengaran.
Proses terjadinya Halusinasi
Halusinasi dibagi atas empat tahap.
No Tahap Karasteristik Perilaku Klien
1 Tahap Pertama :
Memberi rasa nyaman tingkat Ansietas, sedangkan secara umum halusinasi suatu kesenangan - Klien mengalami ansistas, kesepian, rasa bersalah.
- Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilang ansietas.
- Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran. - Tersenyum dan tertawa sendiri ditempat yang ramai.
- Menggerakkan bibir tanpa suara
- Pergerakan mata yang cepat
- Respon Verbal yang lambat
- Diam dan berkonsentrasi.
2 Tahap Kedua :
Menyalahkan tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa anti pati. - Pengalaman sensori menakutkan
- Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
- Mulai merasakan kehilangan control
- Menarik diri dari orang lain, kesadaran non psikotik. - Meningkatkan tanda-tanda system syaraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
- Rentang perhatian lingkungan kurang
3 Tahap Ketiga :
- Mengontrol
- Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak - Klien berhenti menghentikan pertawaan terhadap halusinasinya tersebut dan menyerah terhadap halusinasi tersebut
- Isi halusinasi menjadi menarik
- Klien mungkin mengalami kesepian jika halusinasi berhenti psikotik - Perintah halusinasi ditaati
- Sulit berhubungan dengan orang lain
- Perhatian terhadap orang lain, lingkungan berkurang hanya beberapa detik.
- Tidak mampu mengikuti perintah dari Perawat tampak berkeringat.
4 Tahap Keempat :
- Klien sudah dikuasai oleh halusinasi, klien panik
- - Resiko tinggi panik
- Resiko tinggi mencederai
- Agitasi ketakutan
- Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.
Pengkajian Yang Berhubungan Dengan Halusinasi
1. Faktor Predisposisi (Penunjang)
a. Faktor Biologis.
Abnormalitas otak yang menyebabkan respons neurobiologik yang maladaptik yang baru dipahami. Ini termasuk hal-hal berikut :
1. Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbic paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut :
1. Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
2. Ketidakseimbangan antar dopamin dan neurotransmitter lain.
3. Masalah-masalah pada system reseptor dopamin.
b. Faktor Psikologis.
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan sebagai penyebab ganguan ini. Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional
c. Faktor Sosial Budaya.
Stres yang menumpuk dapat menunjuk terhadap auitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
2. Faktor Prestipasi (Pencetus)
a. Biologis.
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiology yang maladaptif termasuk :
Ganguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.
Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stress lingkungan.
Secara biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stessor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala.
Pemicu merupakan prekusor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu.
(Buku Saku Keperawatan Jiwa, Hal 305)
3. Karakteristik perilaku Klien halusinasi
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri/ orang lain/ lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian/ konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mampu melaksanakan asuhan sendiri, mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias dan rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
n. Muka merah kadang pucat.
o. Expresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Napas terengah-engah.
r. Nadi cepat.
s. Banyak keringat.
(Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Hal. 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar