Konsep Dasar Tulang
2.1.1 Pengertian Tulang
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh. Tulang dari matrix kologen tulang, bahan-bahan organik dan mineral tulang
2.1.2 Fungsi Tulang Menurut Ignatavicus (1993)
1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh
2) Tempat melekatnya otot
3) Melindungi organ penting
4) Tempat pembuatan sel darah
5) Tempat penyimpanan garam mineral
2.2 Konsep Dasar Fraktur
2.2.1 Patah tulang (fraktur)
Fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karenatekanan pada tulang yang berlebihan (Back & Marassarin, 1993)
Patah tulang (fraktur) adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cidera di jaringan sekitarnya (FKUI, 2000)
2.2.2 Etiologi
Menurut ignatavicius (1993) fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas
b. Fraktur akibat peristiwa kelebihan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halknya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau metatarsal.
c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh
2.2.3 Patofisiologis
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematan pada kala medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan narkotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur. Menurut Ignatovicius (1993)
1) Faktor ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pola tulang yang tergantung terhadap besar, waktu dan arah tekanan yang menyebabkan fraktur
2) Fraktur instrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk tumbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan elastisitas, kelelahan dan kepadataan atau kekerasan tulang.
2.2.5 Klasifikasi Fraktur
Dibawah ini klasifikasi fraktur menurut Depkes RI (1995)
Berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi
1) Fraktur komplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberangkan dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks
2) Fraktur inkomplit
Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh)
Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
3) Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit
4) Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu :
a) Grade I : Robekon kulit dengan kerusakan kulit otot
b) Grade II : seperti grade I dengan memar kulit dan otot
c) Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah syaraf otot dan kulit
Berdasarkan garis patah tulang
5) Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang
6) Transverse yaitu patah melintang
7) Longitudinal yaitu patah memanjang
8) Obligue yaitu garis patah miring
9) Spiral yaitu patah melingkar
2.2.6 Gambaran klinik menurut Aplay (1995)
Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
Bengkak / oedema
Oedema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
Memar / eximosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur
Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syarat karena edema
Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot
Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang
Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian yang tulang digerakkan. Hal ini terjadi pada praktur tulang panjang
Defirmitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
Shock hipovaolemik
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat
Gambar x-roy menentukan fraktur
Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi Doenges (2000) antara lain :
Shock
Infeksi
Nekrosis divaskuler
Cidera vaskuler dan saraf
Mal union
Borok akibat tekanan
2.2.8 Penatalaksanaan Fraktur
Menurut Henderson (1997) yaitu :
Manipulasi
Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk
Open reduksi
Adalah perbaikan betuk tulang dengan tindakan pembedahan sering dilakukan dengan intenal fixasi menggunakan kawat, screlus, pins, plate internedullary rods atau noil. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia
Traksi
Alat traksin diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk Meluruskan bentuk tulang. Ada 3 macam, yaitu :
1) Skin traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48 - 72 jam)
2) Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk Meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, menentukan pins (kawat) ke dmalam tulang
3) Maintenance tulang
Merupakan lanjut dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins
2.3 Konsep Dasar Fraktur Femur
2.3.1 Pengertian Tulang Femur
Tulang paha atau femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Tulang femur menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian praksimal dan dua condylus pada bagian distal (Aplay, 1998)
2.3.2 Fraktur Collum Femur
Fraktur tungkai atas atau lazimya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah
Fraktur colum femur dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien tengah dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada trauma tidak langsung fraktur collum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
2.3.3 Penatalaksanaan
Konservatif dengan rtraksi kulit selama 3 minggu, dilanjutkan latihan jalan dengan tingkat (do nothing)
Untuk fraktur femur beladi yang berlapis bantalan di pasang dengan baik antara tungkai dan penimbahan sepanjang bidai berlapis ke daerah sisi yang dipengaruhi disisi luar dari daerah aksila sampai ke telapak kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar