2.1 Peranan Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik adalah salah satu komponen yang mampu memenuhi peranan penting dalam memenuhi tantangan-tantangan tersebut. Kemudahan pembangkitan dan konversinya dan distribusinya yang relatif sederhana, tingkat kebersihan dan keamanan yang tinggi dalam penggunaannya, bersaing dari segi biaya investasi maupun operasi, dan tingkat keandalan sistem yang tinggi, merupakan bagian keunggulannya
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pusat pembangkit listrik, sistem penyaluran dan sistem distribusi. Sistem transmisi merupakan penghubung antara pusat pembangkit dengan sistem distribusi. Ketiga bagian tersebut harus saling mendukung agar mutu keamanan dan keandalan bisa tercapai serta secara ekonomis tetap menguntungkan.
Tegangan generator pada sistem pembangkit biasanya berkisar pada 13,8 kV. Pada sistem berdaya besar. tegangan generator ini dinaikkan menjadi transmisi dengan step up transformator. Tegangan transmisi berkisar antara 70 k'V sampai 750 kV. walau saat ini tegangan yang lebih tinggi mulai diperhitungkan. Setelah mendekati pusat beban. tegangan transmisi diturunkan kembali menjadi tegangan distribusi primer yang besarnya 6 kV sampai 20 kV. Beban-beban besar biasanya langsung dicatu dari sistem distribusi primer ini. Sedangkan untuk mencatu beban-beban kecil. tegangan distribusi primer diturunkan lagi menjadi tegangan distribusi sekunder 220/380 V.
2.2 Sistem Pembangkit
Sistem pembangkit tenaga listrik bukan merupakan sumber energi, tapi hanya mengubah energi primer dari sumber-sumber alam menjadi energi listrik. Dalam mengkonversi energi primer menjadi energi listrik dikenal 2 cara, yaitu sistem pembangkit tenaga listrik konvensional dan sistem pembangkit tenaga listrik non konvensiona1.
Pada sistem pembangkit tenaga listrik konvensional, proses konversi energi primer menjadi energi listrik dilakukan dengan menggunakan media perantara. Energi primer yang tersedia, dikonversikan dulu menjadi energi lain, seperti energi kalor (panas) dan energi mekanis. Dengan perantara motor bakar, ketel uap, dan turbin, barulah energi mekanis yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator sehingga didapatkan energi listrik. Sebagai contoh pembangkit listrik konvensional adalah : PLTD, PLTG, PLTU, PLTA dan PLTP. Sedangkan pembangkit tenaga listrik non konvensional mengkonversikan energi primer dari alam langsung menjadi energi listrik. Sebagai contoh konversi energi cahaya menjadi energi listrik pada photovoltic (sel surya), proses elektrokimia pada baterai dan sel bahan bakar (fuel cell).
Pada saat ini pemakaian pembangkit listrik non konvensional diperhitungkan masih kurang ekonomis dari segi investasi (biaya investasi per-kW relatif murah), dan secara teknis dayanya masih terbatas pada skala kecil. Penerapan jenis pembangkit ini hanya untuk bidang-bidang tertentu saja. Dengan demikian sebagian besar unit-unit pembangkit konvensional saat ini adalah pembangkit-pembangkit tenaga listrik konvensional.
lebih lengkapnya anda bisa mendownload artikel ini pada link dibawah inihttp://www.ziddu.com/download.php?uid=bbOilJiuabKcmJyntKyZlJyiZq%2BWlZ2n6
bagus bagus, mari kita kenalkan masyarakat terhadap teknologi... kalo sempat mampir ke konversi.wordpress.com :)
BalasHapusIjin sedot gan..jangan lupa mampir juga di Depid's Blog
BalasHapusTerimakasih