PENDIDIKAN DARI RUMAH
Keberlangsungan pendidikan nasional tidak bias dilepaskan dari peran serta orang tua. Mengapa begitu ? karena pendidikan yang sebenarnya memang berawal dari rumah.
Hadirnya undang-undang guru yang sudah disahkan diharapkan akan mampu mengangkat derajat keterjaminan rakyat dalam memperoleh pendidikan yang layak. Sebab, salah satu kunci utama kesuksesan pendidikan adalah keterjaminan para guru dalam memperoleh pendapatan yang layak. Dengan penghasilan memadai, guru akan mampu memberikan kontribusinya secara maksimal dam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Karena memang itulah yang selama ini diharapkan, yakni adanya hubungan timbale balik dalam dunia pendidikan.
Meskipun secara optimisme di atas diharapkan dapat segera memperbaiki mutu pendidikan di negeri ini, namun keberlangsungan pendidikan nasional tidak bias dilepaskan dari peran serta orang tua. Mengapa begitu ? karena yang sebenarnya memang berawal dari rumah.
Nah, sebenarnya apa yang selama ini kita keluhkan sudah ada jawabannya. Hanya saja pola pikir tentang pendidikan yang selalu diatasnamakan lembaga, sehingga keberhasilannya pun diukur dari standar yang telah dibuat pemerintah, atau berdasarkan ebaluasi di kelas, dan bukan atas kesuksesan orang tua memotivasi anak hingga menguasai keteladanan lebih.
Mulai sekarang, seyogyanya kita berani mengubah paradigma dalam mendidik anak. Salah satunya bias dilakukan dengan memprogram pendidikan anak melalui manajemen rumah. Menurut hemat saya, keuntungan yang nantinya diperoleh melalui cara ini ialah akan tercapai dua hal positif. Pertama, keberhasilan anak dalam mencapaio pendidikan juga kesuksesan orang tua dalam mengarahkan anaknya. Kedua, kedekatan orang tua dan anak akan semakin erat dan mengeratkan jalinan psikologi positif.
Cara efektif memberlakukan pendidikan dari rumah ialah dengan melatih disiplin anak dan orang tua. Artinya, kedisiplinan yang dibentuk di rumah bukan khusus diperuntukkan bagi si anak, tetapi juga berlaku bagi sang orang tua. Sebagai ilustrasi, apabila anak dilarang menonton tv dalam waktu-waktu jam belajar, maka orang tua pun harus meninggalkan acara yang ditontonnya. Dengan begitu aturan tersebut akan efektif dan memungkinkan dicapainya harapan.
Dalam skala pembelajaran di luar rumah, orang tua pun juga harus benar-benar jeli memilihkan sekolah yang sesuai maupun lungkungan yang memadai. Sebagai contoh, apabila si kecil memulai studinya dari playgroup atau tk, maka orang tua sudah harus mempunyai gambaran konkret tentang sekolah yang dipilihnya. Oleh sebab itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam taraf ini antara lain : tentang agama, lokasi, kurikulum dan biayanya.
Biasanya, dari ketiga tarf tersebut ada satu bagian yang kerap dilakukan yaitu masalah kurikulum, sebab, orang tua rata-rata kurang begitu memperhatikan kurikulum karena dianggapnya merupakan tanggung jawab lembaga tempat si anak bersekolah. Padahal sejatinya, dengan orang tua mengetahui program dan kurikulum, maka anak pun akan semakin meudah mendapatkan jalan keluar ketika mengalami kesulitan belajar, karena sang orang tua memahami model pembelajaran apa yang biasanya diberikan di sekolah.
Di samping itu, orang tua pun dituntut memberikan keseimbangan dalam mendukung anak memperoleh pendidikan. Dengan kata lain, proses belajar mengajar di sekolah yang bersifat formal haruslah diimbangi dengan proses yang sama di rumah guna memperkuat fondasi mental spiritual. Maka jangan heran bila belakangan ini didengung-dengungkan perihal pentingnya keseimbangan IQ dan EQ (kecerdasan emosional seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan).
Sekedar diketahui bahwa dengan EQ yang tinggi anak biasanya akan dapat lebih survive dalam segala masalah hidup walaupun tidak ditunjang dengan IQ lebih. Dari data yang ada, anak yang ber EQ maksimal akan mampu menghadapi kegagalan dan belajar mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut. Sebaliknya, kasus pada anak yang ber IQ tinggi dengan tanpa diimbangi EQ, maka ada kecenderungan mempunyai kepribadian yang sulit menguasai emosi.
Semenjak dini, para orang tua juga sebaiknya memperkenalkan kaidah hidup bermasyarakat sehingga mudah dalam menerima dan diterima di setiap pergaulan. Peran orang tua akan sangat bermanfaat dalam tumbuh kembang pendidikan anak bila disertai cara penyampaian yang tepat.
Mendidik anak dengan cara dialogis, misalnya, ketika melarang anak untuk menonton film atau menonton tv terlalu sering, sang anak diajak berpikir bareng-bareng, apa program yang baik dan yang tidak, caranya diajaklah anak untuk duduk barang, bersama-sama menganalisa acara tersebut kemudian didiskusikan bersama. Anak akhirnya mengerti sendiri bahwa acara yang dintontonya itu bermanfaat atau tidak.
Disamping itu, anak juga perlu diberi penghargaan terhadap prestasi yang mereka capai. Contoh, jika anak-anak memperoleh nilai baik atau rangking teratas maka mereka berhak atas hadiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar