Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vocal. Simbol merupakan makna yang diberikan kepada sesuatu yang dapat diserap panca indera. Bahasa itu bukanlah sejumlah unsure yang terkumpul secara tak beraturan , seperti halnya sistem – system lain , unsur – unsur bahasa ‘diatur ‘ seperti pola – pola yang berulang sehingga kalau hanya salah sebagian saja. Karena bahasa selalu diungkapkan dalam konteks, ada unsur – unsur tertentu yang menyebabkan serasi tidaknya sistem bahasa di dalamnya. Unsur – unsur luar bahasa atau extrastruktural itu (yang sering batasnya dengan unsure bahasa atau unsur structural tidak selalu jelas ) disebut pragmatik. Sopan santun berbahasa dan sistem sapaan salah satunya.
Bahasa mencakup dua bidang, yaitu bunyi vocal yang dihasiljkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vocal dengan barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita ( yang diserap panca indera kita ), sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain. Bahasa juga digunkan sebagai sistem tanda. Tanda adalah hal atau benda yang mewakili sesuatu, hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang lain menanggapinya.
Bahasa selain itu juga sabagai system bunyi. Pada dasarnya bahasa itu adalah bunyi. Sesuatu dibagi makna di dalam bahasa tertentu, karena demikianlah kesepakatan pemakai bahasa itu. Bahasa bersifat produktif. Sebagai sistem - sistem dari unsur yang jumlahnya terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.
Namun, bahasa Indonesia dalam perkembangannya dewasa ini sangatlah memprihatinkan. Bahasa Indonesia dikenal orang, hanyalah sebagai sebuah bahasa Nasional atau bahasa pertama yang ada di Negara ini, tanpa harus menggunakannya dengan benar. Masyarakat, entah karena ketidaktahuan ataupun dengan seenaknya saja, menggunakan bahasa Indonesia tanpa memperhatiakan lagi aturan-aturan dalam pemakaian bahasa yang sesuai. Contoh kecilnya saja dalam berbicara. Banyak orang berbicara di sekitar kita tanpa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti pemakaian kata senen. “Senen lebih enak didengar ketimbang kita mengatakan kata senin”. Begitulah kebanyakan orang beralasan mengapa lebih suka menggunakan bahasa Indonesia yang jelas-jelas salah dalam pemakaiannya.
Penggunaan bahasa
Apalagi dalam pergaulan sehari-hari, mungkin saja bahasa Indonesia yang kita pakai selama ini sama sekali tidak mencerminkan ciri khas bahasa Indonesia yang sebenarnya. Banyak sekali kita berbicara tanpa menggunakan kata-kata yang berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sehingga seringkali masyarakat salah mengartikan penggunaan bahasanya dalam kehidupan sehari-hari.
Jutaan orang yang menghuni Bumi Pertiwi ini tentunya berasal dari berbagai macam suku daerahnya masing-masing, sesuai dengan kemajemukan Bangsa ini. Tentunya tidak jarang mereka pun juga membawa sedikit unsur-unsur atau ciri khas masing-masing bahasa daerahnya ke dalam bahasa Indonesia yang kita kenal. Orang yang tinggal di daerah
Contoh lain, suatu daerah di Jawa Barat, berbincang-bincang dengan seorang pelajar di
Cerita di atas tentunya dapat kita pahami bahwa belum tentu selama ini kitamenggunakan bahasa Indonesia yang benar-benar murni. Kita tidak pernah sadar, bahwa selama ini kita menggunakan berbagai macam bentuk dan logat kedaerahan dalam bahasa lisan kita sehari-harinya. Belum lagi bahasa asing yang masuk. Di era globalisasi ini tentunya memiliki kemampuan berbahasa asing amatlah sangat dibutuhkan. Namun kita tidak boleh menggunakannya secara sembarangan, bukan pada tempatnya. Tanpa kita sadari sering sekali kita menggunakan kata-kata bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, ke dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam pergaulan sehari-hari dengan cara diselipkan. Misalnya kata sorry, kata ini lebih banyak dan hampir sebagian besar orang menggunakannya dalam berbicara, apalagi anak muda. Dengan cara diselipkan, kata ini terasa lebih nikmat didengar telingga ketimbang kata maaf yang mungkin terasa aneh jika diucapkan seseorang jika memiliki salah. Pengecualian jika kita meminta maaf pada saat hari raya Idul Fitri umat Islam, tentunya lebih nyaman jika menggunakan kata maaf lahir dan batin. Itu jelas lebih “
Masih banyak lagi, di lingkungan sekolah, kantor, dan bahkan di lingkungan pemerintahan kita sering menggunakan bahasa lisan yang jelas-jelas bukan pada aturannya. Suatu fenomena umum yang sudah menjadi pola kebiasaan bagi masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar